PPAT responsibilities in signing a deed of sale and purchase based on a blank form

Aslan Noor; Barry Irma Perdana; Angelica Riza Claudya; Nurmala Pitaloka; Livia Kris Imani

Authors

Aslan Noor Magister Ilmu Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang
Barry Irma Perdana Magister Kenotariatan Universitas Pasundan
Angelica Riza Claudya Magister Kenotariatan Universitas Pasundan
Nurmala Pitaloka Magister Kenotariatan Universitas Pasundan
Livia Kris Imani Magister Kenotariatan Universitas Pasundan

Keywords:

Land Deed Making Official (PPAT), Sale and Purchase Deed, Blank Form

Abstract

PPAT is a public official who is trusted by the State to make land sale and purchase deeds with the main tasks and obligations delegated through Government Regulation (PP) No. 24 of 2016 concerning Amendments to PP No. 37 of 1998 regarding the Position Regulations for Officials Making Land Deeds. In practice, some PPATs sometimes use blank forms as the basis for making land sale and purchase deeds. This research aims to investigate the responsibilities of Land Deed Drafting Officials (PPAT) in signing sale and purchase deeds based on the use of blank forms. The research method used is normative legal research with a statutory and conceptual approach. The research results show that the responsibility of a Land Deed Drafting Officer (PPAT) in signing a Sale and Purchase Deed based on blank forms has a major impact on legal certainty and protection for the community. PPAT must carry out its duties with full ethics, independence and professionalism, paying attention to the formal and material requirements for making deeds. Violation of these requirements can result in administrative sanctions, dismissal, or even criminal prosecution. The quality of ethics and compliance with statutory regulations are key factors in maintaining the integrity and trust of the public in the role of PPAT in the process of transferring land rights.

Downloads

References

Andriyani, N. (2022). Implikasi Yuridis Terhadap Rangkap Jabatan Yang Dilakukan Oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Sebagai Pejabat Negara Dalam Konsepsi Kepastian Hukum (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung (Indonesia)).

Azizah, A. N. (2023). TANGGUNG JAWAB PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) TERHADAP PIHAK YANG MEMBERIKAN KETERANGAN PALSU. Legal Standing: Jurnal Ilmu Hukum, 7(1), 32-46.

Badu, S. A. (2017). Tugas dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Indonesia. Lex Administratum, 5(6).

Din, T., Mulyadi, L., & Narsudin, U. (2017). Perlindungan Hukum terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam Pembuatan Akta Autentik. Legalitas: Jurnal Penelitian Hukum, 10(2), 117-138.

Febriantina, R. (2010). Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pembuatan Akta Otentik (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).

Giri, M. A. (2013). Pelaksanaan Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena Jual Beli Di Hadapan Camat Sebagai PPAT Sementara Setelah Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Di Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Hukum, 1-15.

Khumayah, S. (2020). ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PEMILIH DALAM PESTA DEMOKRASI (STUDI KASUS PEMILIHAN KUWU DI KABUPATEN CIREBON). Jurnal Investasi, 6(2), 165-172.

Khumayah, S., Suryadi, S., Turmudzi, D., & Mansyur, M. (2023). Collaborative Governance for Child-Friendly Cities in Indonesia: Policy Analysis and Issues in Cirebon City, West Java. History of Medicine, 9(1), 633-652.

Larasati, L. (2022). Tanggung Jawab Wali Terhadap Peralihan Hak Atas Tanah Pada Anak Karena Pewarisan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Muslim, S. D., & Arsin, F. X. (2023). Penerapan Asas Terang Dan Tunai Dalam Jual Beli Hak Atas Tanah Yang Hendak Dibatalkan Sepihak. Jurnal Supremasi, 60-69.

Ningtyas, M. A., Ardiansyach, T. S., Maulana, W., & Bachtiar, B. (2023). CACAT HUKUM DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH. IURIS NOTITIA: JURNAL ILMU HUKUM, 1(1), 20-27.

Parlindungan. (1999). Pendaftaran Tanah Di Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

Salim. (2016). Teknik Pembuatan Akta PPAT. Jakarta: Raja Grafindo.

Sholikhah, A. (2022). TANGGUNG JAWAB PPAT PENERIMA PROTOKOL TERHADAP AKTA PPAT PEMBERI PROTOKOL YANG DIGUGAT DI PENGADILAN (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor: 34/Pdt. G./2018/PN. Skh). Jurnal Hukum to-ra: Hukum Untuk Mengatur dan Melindungi Masyarakat, 8(3), 329-340.

Soemitro, R. H. (1998). Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tjukup, I. K., Layang, I. W. B. S., Nyoman, A. M., Markeling, I. K., Dananjaya, N. S., Putra, I. P. R. A., & Tribuana, P. A. R. (2016). Akta Notaris (Akta Otentik) Sebagai Alat Bukti Dalam Peristiwa Hukum Perdata. Acta Comitas, 2, 180-188.

Utama, I. A. (2021). Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik Demi Kepentingan Masyarakat Dilihat Dari Sudut Pandang Hukum Progresif (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung (Indonesia)).

Wardhani, L. C. (2017). Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang Dibatalkan oleh Pengadilan (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA).